PENTINGNYA
PENDIDIKAN KARAKATER DIUSIA REMAJA
Banyak pendapat yang menyatakan bahwa
masa remaja adalah masa peralihan. Masa peralihan anak-anak ke masa remaja.
Pada masa ini, remaja akan mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik,
mental, sosial dan emosional. Masa duduk dibangku sekolah menengah merupakan
masa remaja. Umumnya masa ini dialami pada anak berusia 13 sampai 18 tahun. Ada
yang menyatakan bahwa masa seusia ini merupakan masa yang sulit. Mengapa?
Karena pada masa peralihan ini (masa anak-anak dan masa dewasa belum mempunyai
identitas yang jelas, kabur).
Beberapa hari yang lalu penulis
mengadakan pendekatan terhadap beberapa siswa SMA dan SMK yang mempunyai
masalah, baik di sekolah, keluarga, maupun di lingkungannya. Pada masa ini,
sebelum menginjak perguruan tinggi, sekolah menengah merupakan tempat
pendidikan yang ideal. Para guru merupakan tokoh yang paling penting dalam
kehidupan mereka karena selain sebagai tokoh intelektual, guru atau pengajar
juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Mengapa penulis
menyatakan demikian? Rata-rata siswa SMA dan SMK yang mempunyai masalah di
lingkungan keluarga, dan 75% takut untuk bercerita kepada siapa pun, termasuk
kepada wali kelas atau gurunya.
Tidak dapat dipungkiri jika keberadaan
remaja diusia sekolah menengah, akan membawa banyak perubahan. Remaja
seringkali membangun interaksi dengan sesama teman sebayanya secara khas dengan
cara berkumpul untuk melakukan aktivitas bersama dengan membetuk semacam geng atau kelompok. Penulis sering
sekali, ketika pagi menjelas masuk sekolah atau bel pukul 07.00, keliling
melihat seputar lokasi sekolah atau di luar lingkungan sekolah radius kurang
lebih 500 meter. Pada kenyataanya, para remaja ini sering berkumpul dan
membentuk sebuah kelompok untuk wadah berkumpul, yang mana kelompok atau geng ini terdiri dari beberapa siswa dan
dari beberapa sekolah.
Setelah penulis amati, ternyata para
remaja yang mempunyai geng tersebut
kompak. Interaksi antar anggota atau kelompok biasanya sangat intens serta memiliki
kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Dan pada masa inilah ‘emosi’
seorang anak mulai tidak terkendali. Belakangan ini penulis sering sekali tukar
pendapat dengan guru Bimbingan Konsling, yang selalu sering memonitoring
perkembangan anak secara keseluruhan. Hal yang sangat menarik diusia sekolah
menengah adalah faktor ‘bercinta’.
Bercinta bagi remaja adalah merupakan
faktor atau virus yang ‘mematikan.’ Faktor yang menjadikan semuanya menjadi
terlupakan. Tidak heran jika, remaja di sekolah menengah sering emosi jika
sedang putus cinta. Faktor yang sering menimbulkan masalah emosi pada masa ini
adalah hubungan cinta dengan lawan jenisnya. Pada masa remaja di Sekolah
Menengah Atas atau sederajat, biasanya mereka mulai jatuh cinta pada lawan jenis.
Kalau kita berpikir secara positif, gejala seperti ini adalah sehat bagi
remaja, tetapi tidak jarang juga hal ini menimbulkan konflik atau gangguan
emosi pada remaja jika tidak diikuti bimbingan dari orang tua atau orang yang
lebih dewasa. Maka dari itu, tidak heran jika orang tua sering merasa gelisah
melihat anaknya demikian. Seringkali orang tua cemas, takut ketika anak
remajanya jatuh cinta. Namun demikian, jika hal ini dapat dimonitoring oleh
orang tua, hubungan antara orang tua, anak akan lebih baik. Perlu diketahui
bersama bahwa, gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta
remaja tidak terjawab atau karena pemutusan hubungan cinta dari satu pihak
sehingga dapat menimbulkan kecemasan bagi orang tua dan remaja itu sendiri.
Berdasarkan pengalaman di lapangan
atau illustrasi di atas tentunya pendidikan karakter di usia remaja sangat
diperlukan. Tidak dapat diragukan lagi,
bahwa sejak anak manusia yang pertama lahir ke dunia, telah dilakukan
usaha-usaha pendidikan; manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya,
kendantipun dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula semenjak manusia
bergaul, telah ada usaha-usaha dari orang-orang yang lebih mampu dalam hal-hal
tertentu untuk mempengaruhi dalam bergaul, untuk kepentingan orang-orang yang
dikendaki. Adalah keharusan bagi setiap pendidik yang bertanggung jawab, bahwa
dia dalam melaksanakan tugasnya harus berbuat dalam cara yang sesuai dengan
kedaan setiap anak didik.
Maka dari itu, pendidikan karakter
diusia remaja sangat diperlukan. Pendidikan karakter sebagai sebuah pendagogi
menempatkan individu yang terlibat dalam dalam dunia pendidikan sebagai pelaku
utama dalam pengembangan karakter. Pelaku ini menjadi agen penafsir, penghayat
sekaligus pelaksana nilai melalui kebebasan yang ia miliki. Untuk itulah
peristiwa-peristiwa dalam dunia pendidikan, baik dalam lingkup lokal,
provisional, maupun global, mesti diletakan dalam kerangka pertumbuhan individu
dalam konteks yang positif.
Penulis: adalah Bambang Setiawan, S.Pd
Waka Kesiswaan SMP-SMA-SMK Pelita Raya Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar