Siswaku Setiap Belajar Merasa Malu
Oleh:
Bambang Setiawan, S.Pd
Beberapa waktu yang lalu saya
dikagetkan dengan kehadiran orang tua murid yang menanyakan tentang
perkembangan anaknya di sekolah. Kekagetan saya bukan karena kedatangannya,
melainkan alasan orang tua untuk mengetahui perkembangan anaknya secara detail
selama kurang lebih dua bulan belajar di tahun pelajaran 2009 ini. Diceritakan
bahwa, putrinya adalah siswa yang mempunyai bakat mewarnai sewaktu dijenjang
Sekolah Dasar (SD). Alasan lain yang dikemukakan adalah kenapa “Putriku yang
duduk dibangku SMP, belakangan ini menjadi malu, pemalu”, padahal dia mempunyai
bakat dan talenta.
Setiap kali belajar di sekolah (sebut saja
Ana) sering merasa “malu dan mlinder”
dihadapan teman-temannya. Berikutnya saya berinisiatif untuk memanggil siswa
tersebut untuk saling tanya tentang kesehariannya termasuk saat belajar di
rumah. Ana memang pendiam, kadang kalau ditanya oleh gurunya tidak pernah
memberikan jawaban sepatah kata pun. Setelah melalui beberapa tahap bimbingan
ternyata saya menemukan jawabannya.
Menurutnya, sewaktu dijenjang Sekolah
Dasar (SD), Ana ditunjuk oleh gurunya untuk mengikuti lomba wewarnai Tingkat
Sekolah Dasar. Namun saat itu, Ana terlambat datang di tempat lomba. Karena
keterlambatan Ana, Sang Guru pembimbing di SD (Y) membentak-bentak dan memarahi
Ana di depan teman-temannya yang saat itu sedang mengikuti lomba mewarnai.
Pada saat itulah psikologis Ana, menjadi “kehilangan mental”. Ternyata semenjak itu
Ana menjadi pendiam, merasa bersalah. Ana pun “ternyata menyimpan Dendam”
dengan Ibu Gurunya sampai saat ini. Hal inilah yang menyebabkan Ana merasa
“malu’ setiap kali belajar. Ia merasa Trauma,
kalau hal ini terjadi kembali dalam kehidupan pembelajaran di sekolah yang Baru
ini. Maka tidak heran jika Ana setiap kali diberi pertanyaan oleh Bapak/Ibu
guru sering kali tidak menjawab, bahkan sepatah katapun tidak terucap dari
bibir Ana.
Rasa Bersalah dan Rasa Malu
Siapa sih yang tidak pernah merasa
‘malu’? Penulis yakin bahwa setiap manusia pernah mengalami rasa malu, dan mempunyai
rasa malu. Ada yang menyatakan bahwa bersalah identik dengan malu. Orang yang
bersalah umumnya akan merasa malu. Secara teoritis, rasa malu merupakan
fenomena yang sukar dipahami. Malu bisa berupa peristiwa di mana orang
merasakan rasa rendah diri yang sangat menyakitkan atau kehinaan yang sangat
mendalam, ia juga merasa senantiasa terlihat buruk, tidak berharga (H. Albers,
1995:50). Orang merasa malu bila merasa dirinya tidak bernilai, tidak berdaya,
dan putus asa. Perasaan itu bisa muncul karena penilaian orang lain atau
penilaiannya sendiri atas dirinya. Rasa malu ini akan mengakibatkan perasaan
tidak berharga, tidak penting. Hal inilah yang dialami oleh seorang siswaku.
Maka dari itu, siswa yang mengalami hal demikian harus mendapat bimbingan
secara optimal dan berkesinambungan.
Perhatian
itu Penting
Berdasarkan cerita di atas, tentunya
setiap siswa membutuhkan perhatian dari orang tua dan guru di sekolah. Mengapa?
Penampilan seorang anak di masyarakat yang mengkian menglobal saat ini dan ke
depan sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan anak di rumah dan di sekolah. Alasannya,
karena pendidikan merupakan sebuah kegiatan manusia yang didalamnya terdapat
tindakan edukatif dan didaktif yang diperuntukan bagi generasi yang sedang
bertumbuh.
Siapa sih yang tidak membutuhkan perhatian? Setiap anak tentunya
mengingkan perhatian dari seseorang. Sebenarnya seorang anak atau siswa itu
membutuhkan tempat curhat. Baik itu antar teman, atau dengan orang tua dan guru
di sekolahnya. Untuk mengatasi masalah-masalah pada siswa dibutuhkan teman atau
orang yang dianggap mempunyai nilai kesejajaran. Kesejajaran dalam berpikir,
berperasaan, berperilaku, dan bersosialisasi. Jika hal ini berhasil, tentunya
kepercayaan anak pada dirinya akan meningkat. Hal ini penulis rasakan ketika
mengadakan pendekatan dengan siswa yang sedang bermasalah.
Dengan berbagai pendekatan dan
komunikasi yang baik, wawasan siswa dalam berpikir juga berkembang, karena
siswa akan belajar menyelesaikan masalah dengan orang yang berbeda. Selain itu,
peran orang tua dan guru sangat
diperlukan dalam dunia pendidikan. Apalagi dewasa ini pengaruh globalisasi dan
teknologi yang semakin pesat, sangat berpengaruh dalam kehidupan siswa. Guru
seharusnya banyak memberikan latihan yang diperlukan siswa untuk menumbuhkan
rasa percaya diri.
Guru
Mempunyai Peran dalam Perkembangan Siswa
Berbicara tentang guru, kita akan
diingatkan dengan situasi lokal yang bernama sekolah. Banyak orang tua siswa
yang tidak peduli dengan perkembangan belajar anaknya. Dewasa ini istilah atau
kata “guru” dimata orang tua siswa sudah
mengalami erosi makna. Perlu diketahui bahwa guru mempunyai peran besar
dalam perkembangan siswa. Guru bukan sekedar pekerja di sekolah. Jauh di luar
pagar sekolah, guru adalah sosok panutan. Dalam istilah bahasa Jawa, guru
adalah sosok manusia yang layak digugu dan ditiru.
Guru sangat berperan dalam
perkembangan siswa terutama dalam membentuk karakter anak. Karakter adalah
titian ilmu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan tanpa landasan kepribadian yang benar akan
menyesatkan dan keterampilan tanpa kesadaran diri akan menghancurkan. Mengapa
perlu pendidikan karakter? Karakter akan membentuk motivasi pada diri siswa atau seseorang. Selain itu
pendidikan karakter dapat meningkatkan mental dan psikologi siswa, sehingga
siswa mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Sehubungan dengan hal ini guru
sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian yang ideal
sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis dan pendagogis.
Oleh: Bambang Setiawan, S.Pd
Waka Kesiswaan SMP-SMA-SMK Pelita Raya Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar