Membangun Budaya Baca Jambi
“Geliat Pesta Buku 2007”
Oleh:
Bambang Setiawan, S.Pd
Geliat
penerbitan buku untuk menciptakan budaya membaca di tanah air ini cukup tinggi.
Hal ini terbukti di kota Jambi dengan adanya “Pesta Buku 2007”. Pesta Buku yang
diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi selama sepekan dari tanggal 19-27 Mei
2007 yang lalu mengundang perhatian masyarakat, baik pelajar, mahasiswa,
praktisi pendidikan, guru, karyawan dan sebagainya. Kegiatan ini sebagai bentuk
pencanangan gerakan Jambi membaca oleh Gubenur Jambi. Dalam pencanangan gerakan
Jambi membaca, juga diadakan kegiatan pendukung, yaitu pesta buku, bantuan buku
dari perpustakaan Nasional, wakaf sejuta buku, aneka lomba. Kegiatan yang
dikemas secara sederhana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia mewujudkan Jambi mampu, maju dan mandiri.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa belakangan ini kegiatan membaca atau budaya membaca
dikalangan remaja, pelajar, dan mahasiwa boleh dikatakan masih rendah. Padahal
suatu daerah, bangsa dan negara akan maju jika masyarakatnya adalah masyarakat
yang berpendidikan, masyarakat yang tidak buta huruf. Dengan adanya kegiatan
“Pencanangan Gerakan Jambi Membaca”, merupakan bukti nyata adanya perhatian
pemerintah yang cukup besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Jambi,
tentunya kepedulian ini harus ditanggapi dengan semangat dan langkah yang nyata
dan terpadu agar hasilnya tidak mengecewakan. Kegiatan yang demikian tentu
dapat menambah kualitas masyarakat Jambi dalam bidang pengetahuan.
Pencanangan
gerakan membaca bagi masyarakat Jambi merupakan simbol kemajuan. Menurut Oni
Suryaman (36:2007) membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradaban. Ia
membedakan peradaban maju dan berkembang. Melihat betapa pentingnya membaca,
inipun dijadikan salah satu indeks pembangunan masnusia, yang sering dijadikan
ukuran keberhasilan pembangunan sebuah daerah, bangsa atau negara. Maka dengan
hadirnya gerakan membaca, selain memberikan informasi, juga dapat dijadikan
sebagai hiburan. Karena membaca adalah pendidikan seumur hidup secara
intelektual.
Kenyataan
yang ada bahwa geliat membaca belum tumbuh secara maksimal dikalangan pelajar,
mahasiswa, bahkan dikalangan guru dan
dosen sekalipun. Buku adalah segudang ilmu. Bagi umat manusia buku merupakan
sarana penting untuk mengkomunikasikan dirinya dengan kegiatan sosial. Dengan
buku manusia dapat mengakumulasikan ilmu pengetahuan hingga membentuk
peradaban. Buku adalah sesuatu yang dapat mengubah hidup. Bagi kalangan
pelajar, mahasiswa, praktisi pendidikan, guru maupun dosen ‘buku’ akan sangat membantu kita
mempelajari atau mengingat sesuatu hal, dengan tujuan agar manusia menjadi
sangat cerdas, inklusif, toleran dan produktif. Dengan adanya pesta buku 2007
ini dapat mengubah masyarakat menuju ke arah budaya membaca, atau dengan kata
lain ‘buku’ sebagai kebutuhan yang sangat penting.
Di
kalangan pelajar, mahasiswa, dan praktisi pendidikan, buku tidak hanya sebagai
sarana untuk memperluas cakrawala pengetahuan, tetapi juga sebagai wahana
masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengidentifikasi diri. Buku merupakan
faktor pendukung dalam segala ilmu pengetahuan. Sejak kecil manusia sudah
mengenal buku. Namun apakah semua buku dapat diperoleh!
Sepertinya
Pesta Buku 2007 yang diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi, sebagai langkah
awal ‘kampaye perbukuan’. Tujuan diadakannya ‘kampanye buku’ ini adalah sebagai
langkah awal untuk menumbuhkan minat baca guna meningkatkan kualitas sumber
daya manusia mewujudkan Jambi mampu, maju dan mandiri. Pesta Buku 2007 ini tentunya
dapat memberikan manfaat pencerahan kepada masyarakat mengenai pentingya
membaca buku. Ada slogan,”Enggan membaca
erat kaitannya dengan kebodohan, kebodohan erat kaitannya dengan kemisikinan”.
Kalau minat baca ini berhasil dilaksanakan secara kontinyu melalui event pesta
buku atau pameran buku atau bursa buku dengan diskon yang besar, tentu
masyarakat Jambi akan cinta dengan membaca. Sehingga kegiatan yang demikian
dapat membawa manfaat untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan akhirnya taraf
dan kesejahteraan akan terus meningkat.
Pesta
Buku 2007 yang diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi ini diikuti oleh
beberapa penerbit, diantarnya Penerbit Buku Kanisius, Bumi Aksara, Yudhistira
dan sebagainya. Dalam pesta buku ini masyarakat Jambi diajak untuk mengenal
penulis, judul-judul buku, dan penerbit buku di Indonesia. Pesta Buku ini
seharusnya dapat dimaknai dan dapat dijadikan sebagai jembatan atau wahana
untuk mengenalkan Pelajar, Mahasiswa, Guru, Dosen dan Praktisi-Praktisi
Pendidikan untuk memberikan sumbang kritik dan saran demi kemajuan kota Jambi
mendatang. Atau dengan kata lain titik
digelarnya ajang pesta buku ini menjadi titik temu Jambi dalam menciptakan
Jambi berpendidikan.
Terkait
dengan adanya pesta buku 2007, ternyata dapat dilirik tiga (3) komponen
penting. Pertama, wadah, kedua isi, dan ketiga tatalaku. Dilihat dari sudut
wadah–kota Jambi seharusnya mengedapankan fasilitas dan sarana pendidikan
melalui anggaran yang sudah ditetapkan dari APBN atau APBD secara transparan
kepada masyarakat, sehingga pendidikan di Jambi berkualitas. Kedua dilihat dari
sudut pandangan isi–geliat penerbit mulai melirik Jambi sebagai tempat untuk
memasarkan bursa buku, walaupun dengan diskon besar. Hal ini dilatarbelakangi
dengan pesatnya atau munculnya sekolah-sekolah swasta yang notabene membutuhkan
buku pelajaran atau umum. Sedangkan untuk tata laku – siapa yang akan merancang
dan mengembangkan Masyarakat Minat Baca? “Apa hanya dalam bentuk pencanangan
saja!”.
Dalam
menciptakan Gerakan Masyarakat Minat Baca (GMMB) di kota Jambi seharusnya
campur tangan pemerintah terutama Depdiknas sangat dibutuhkan. Mungkin untuk
memulai langkah awal dengan diadakan gerakan hari membaca kota Jambi, atau
lomba membaca. Atau dengan cara Bedah Buku, atau mungkin lomba bedah buku untuk
kalangan guru dan dosen.
Melihat
pesta buku 2007, timbul pertanyaan; bagaimana supaya harga buku dapat
terjangkau oleh masyarakat! Karena kalau harga buku terjangkau oleh masyarakat,
maka sangat yakin di Jambi akan tercipta masyarakat membaca (reading society).
Hal ini kembali kepada pemerintah, tentu dengan menyediakan layanan
perpustakaan keliling, atau mendirikan tempat-tempat taman bacaan. Selama ini
masyarakat Jambi hanya di fokuskan pada satu tempat saja, yaitu perpustakaan
wilayah. Itupun kadang pelayanan yang diberikan kurang memuaskan pelanggan.
Untuk menciptakan Jambi Membaca dibutuhkan kerjasama dengan beberapa pihak.
Pesta
Buku 2007 diharapkan dapat menjadi wahana ideal untuk bertemunya penerbit
dengan konsumen, baik pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan praktisi pendidikan
secara langsung. Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengusulkan kepada
pemerintah Jambi, agar dapat menciptakan gerakan membaca, yang dimulai dari
kalangan Siswa SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi sampai kepada masyarakat,
dengan sebuah kegiatan yang bernuansa pendidikan, sehingga cita-cita Untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya
Manusia, yang Mampu, Maju dan Mandiri di tanah Jambi akan terlaksana.
Penulis adalah Alumnus PBS
Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jambi, staf pengajar dan
Waka SMP, SMA, SMK Pelita Raya Kota Jambi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar