Cafebahasa hadir sebagai sarana edukasi, pembelajaran, komunikasi serta sebagai media informasi bahasa, sastra, seni, opini-artikel, dan hasil mahakarya (proses kreatif). Kirimkan partisipasi Anda melalui email bbg_cla@yahoo.com

Jumat, 18 November 2011

Artikel "Geliat Membaca"


Membangun Budaya Baca Jambi
“Geliat Pesta Buku 2007”
Oleh: Bambang Setiawan, S.Pd


Geliat penerbitan buku untuk menciptakan budaya membaca di tanah air ini cukup tinggi. Hal ini terbukti di kota Jambi dengan adanya “Pesta Buku 2007”. Pesta Buku yang diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi selama sepekan dari tanggal 19-27 Mei 2007 yang lalu mengundang perhatian masyarakat, baik pelajar, mahasiswa, praktisi pendidikan, guru, karyawan dan sebagainya. Kegiatan ini sebagai bentuk pencanangan gerakan Jambi membaca oleh Gubenur Jambi. Dalam pencanangan gerakan Jambi membaca, juga diadakan kegiatan pendukung, yaitu pesta buku, bantuan buku dari perpustakaan Nasional, wakaf sejuta buku, aneka lomba. Kegiatan yang dikemas secara sederhana ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia mewujudkan Jambi mampu, maju dan mandiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa belakangan ini kegiatan membaca atau budaya membaca dikalangan remaja, pelajar, dan mahasiwa boleh dikatakan masih rendah. Padahal suatu daerah, bangsa dan negara akan maju jika masyarakatnya adalah masyarakat yang berpendidikan, masyarakat yang tidak buta huruf. Dengan adanya kegiatan “Pencanangan Gerakan Jambi Membaca”, merupakan bukti nyata adanya perhatian pemerintah yang cukup besar terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Jambi, tentunya kepedulian ini harus ditanggapi dengan semangat dan langkah yang nyata dan terpadu agar hasilnya tidak mengecewakan. Kegiatan yang demikian tentu dapat menambah kualitas masyarakat Jambi dalam bidang pengetahuan.
Pencanangan gerakan membaca bagi masyarakat Jambi merupakan simbol kemajuan. Menurut Oni Suryaman (36:2007) membaca adalah simbol kemajuan sebuah peradaban. Ia membedakan peradaban maju dan berkembang. Melihat betapa pentingnya membaca, inipun dijadikan salah satu indeks pembangunan masnusia, yang sering dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan sebuah daerah, bangsa atau negara. Maka dengan hadirnya gerakan membaca, selain memberikan informasi, juga dapat dijadikan sebagai hiburan. Karena membaca adalah pendidikan seumur hidup secara intelektual.
Kenyataan yang ada bahwa geliat membaca belum tumbuh secara maksimal dikalangan pelajar, mahasiswa, bahkan  dikalangan guru dan dosen sekalipun. Buku adalah segudang ilmu. Bagi umat manusia buku merupakan sarana penting untuk mengkomunikasikan dirinya dengan kegiatan sosial. Dengan buku manusia dapat mengakumulasikan ilmu pengetahuan hingga membentuk peradaban. Buku adalah sesuatu yang dapat mengubah hidup. Bagi kalangan pelajar, mahasiswa, praktisi pendidikan, guru maupun  dosen ‘buku’ akan sangat membantu kita mempelajari atau mengingat sesuatu hal, dengan tujuan agar manusia menjadi sangat cerdas, inklusif, toleran dan produktif. Dengan adanya pesta buku 2007 ini dapat mengubah masyarakat menuju ke arah budaya membaca, atau dengan kata lain ‘buku’ sebagai kebutuhan yang sangat penting.
Di kalangan pelajar, mahasiswa, dan praktisi pendidikan, buku tidak hanya sebagai sarana untuk memperluas cakrawala pengetahuan, tetapi juga sebagai wahana masyarakat untuk mengekspresikan diri dan mengidentifikasi diri. Buku merupakan faktor pendukung dalam segala ilmu pengetahuan. Sejak kecil manusia sudah mengenal buku. Namun apakah semua buku dapat diperoleh!
Sepertinya Pesta Buku 2007 yang diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi, sebagai langkah awal ‘kampaye perbukuan’. Tujuan diadakannya ‘kampanye buku’ ini adalah sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia mewujudkan Jambi mampu, maju dan mandiri. Pesta Buku 2007 ini tentunya dapat memberikan manfaat pencerahan kepada masyarakat mengenai pentingya membaca buku. Ada slogan,”Enggan membaca erat kaitannya dengan kebodohan, kebodohan erat kaitannya dengan kemisikinan”. Kalau minat baca ini berhasil dilaksanakan secara kontinyu melalui event pesta buku atau pameran buku atau bursa buku dengan diskon yang besar, tentu masyarakat Jambi akan cinta dengan membaca. Sehingga kegiatan yang demikian dapat membawa manfaat untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan akhirnya taraf dan kesejahteraan akan terus meningkat.
Pesta Buku 2007 yang diadakan di Aula Unja Telanaipura Jambi ini diikuti oleh beberapa penerbit, diantarnya Penerbit Buku Kanisius, Bumi Aksara, Yudhistira dan sebagainya. Dalam pesta buku ini masyarakat Jambi diajak untuk mengenal penulis, judul-judul buku, dan penerbit buku di Indonesia. Pesta Buku ini seharusnya dapat dimaknai dan dapat dijadikan sebagai jembatan atau wahana untuk mengenalkan Pelajar, Mahasiswa, Guru, Dosen dan Praktisi-Praktisi Pendidikan untuk memberikan sumbang kritik dan saran demi kemajuan kota Jambi mendatang. Atau dengan kata lain  titik digelarnya ajang pesta buku ini menjadi titik temu Jambi dalam menciptakan Jambi berpendidikan.
Terkait dengan adanya pesta buku 2007, ternyata dapat dilirik tiga (3) komponen penting. Pertama, wadah, kedua isi, dan ketiga tatalaku. Dilihat dari sudut wadah–kota Jambi seharusnya mengedapankan fasilitas dan sarana pendidikan melalui anggaran yang sudah ditetapkan dari APBN atau APBD secara transparan kepada masyarakat, sehingga pendidikan di Jambi berkualitas. Kedua dilihat dari sudut pandangan isi–geliat penerbit mulai melirik Jambi sebagai tempat untuk memasarkan bursa buku, walaupun dengan diskon besar. Hal ini dilatarbelakangi dengan pesatnya atau munculnya sekolah-sekolah swasta yang notabene membutuhkan buku pelajaran atau umum. Sedangkan untuk tata laku – siapa yang akan merancang dan mengembangkan Masyarakat Minat Baca? “Apa hanya dalam bentuk pencanangan saja!”.
Dalam menciptakan Gerakan Masyarakat Minat Baca (GMMB) di kota Jambi seharusnya campur tangan pemerintah terutama Depdiknas sangat dibutuhkan. Mungkin untuk memulai langkah awal dengan diadakan gerakan hari membaca kota Jambi, atau lomba membaca. Atau dengan cara Bedah Buku, atau mungkin lomba bedah buku untuk kalangan guru dan dosen.
Melihat pesta buku 2007, timbul pertanyaan; bagaimana supaya harga buku dapat terjangkau oleh masyarakat! Karena kalau harga buku terjangkau oleh masyarakat, maka sangat yakin di Jambi akan tercipta masyarakat membaca (reading society). Hal ini kembali kepada pemerintah, tentu dengan menyediakan layanan perpustakaan keliling, atau mendirikan tempat-tempat taman bacaan. Selama ini masyarakat Jambi hanya di fokuskan pada satu tempat saja, yaitu perpustakaan wilayah. Itupun kadang pelayanan yang diberikan kurang memuaskan pelanggan. Untuk menciptakan Jambi Membaca dibutuhkan kerjasama dengan beberapa pihak.
Pesta Buku 2007 diharapkan dapat menjadi wahana ideal untuk bertemunya penerbit dengan konsumen, baik pelajar, mahasiswa, guru, dosen dan praktisi pendidikan secara langsung. Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengusulkan kepada pemerintah Jambi, agar dapat menciptakan gerakan membaca, yang dimulai dari kalangan Siswa SD, SMP, SMA/SMK, Perguruan Tinggi sampai kepada masyarakat, dengan sebuah kegiatan yang bernuansa pendidikan, sehingga cita-cita Untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia, yang Mampu, Maju dan Mandiri di tanah Jambi akan terlaksana.

Penulis adalah Alumnus PBS Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Jambi, staf pengajar dan Waka SMP, SMA, SMK Pelita Raya Kota Jambi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar