Cafebahasa hadir sebagai sarana edukasi, pembelajaran, komunikasi serta sebagai media informasi bahasa, sastra, seni, opini-artikel, dan hasil mahakarya (proses kreatif). Kirimkan partisipasi Anda melalui email bbg_cla@yahoo.com

Jumat, 18 November 2011

Materi "ALINEA"


ALINEA
Oleh: Bambang Setiawan, S.Pd
A. Pengertian Alinea

Dalam surat kabar sering terdapat alinea-alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Sebaliknya ada buku-buku yang mengandung alinea yang sangat panjang, mungkin satu halaman penuh. Dalam kedua ekstrim ini timbullah pertanyaan: yang mana dari kedua esktrim ini yang benar? Atau lebih jauh lagi kita bertanya: Alinea sebenarnya apa?
Alinea bukanlah suatu pembagian secara konvensional dari suatu bab yang terdiri dari kalimat-kalimat, tetapi lebih dalam maknanya dari kesatuan kalimat saja. Alinea tidak lain dari suatu kesatuan pikiran, suatu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Ia merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Dalam alinea itu gagasan tadi menjadi jelas uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok pikiran tadi secara lebih jelas.
Melalui alinea-alinea kita mendapat suatu efek lain, yaitu kita bisa membedakan di mana suatu tema mulai dan berakhir. Coba bayangkan, bila kita membaca sebuah buku yang sama sekali tidak memberi pembagian atas alinea-alinea. Kita akan menjadi kepayahan menghadapi seluruh buku itu, kita seolah-olah dicambuk untuk membaca terus sampai selesai, sehingga sukar untuk mengadakan konsentrasi pikiran dari suatu gagasan ke gagasan yang lain. Kita tidak tahu pasti di mana suatu ide mulai dan di mana ide itu berakhir. Itulah sebabnya kita seolah-olah dipaksa untuk membaca terus tanpa istirahat sampai selesai. Lain halnya kalau dalam buku tesebut sudah diberikan pembagian atas alinea-alinea. Kita akan berhenti sebentar sesudah sebuah alinea berakhir, dan dengan demikian dapat mengadakan konsentrasi pikiran terhadap tema yang terkandung di dalamnya.
Sebab itu pembentukan sebuah alinea sekurang-kurangnya mempunyai tujuan:
a.       Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu setiap aline hanya boleh mengandung suatu tema. Bila terdapat dua tema, maka aline itu harus dipecahkan menjadi dua alinea.
b.      Memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada pemberhentian pada akhir kalimat. Dengan perhatian yang lebih lama ini konsentrasi terhadap tema alinea lebih terarah.
Sebab itu selalu harus diperhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok pikiran pada waktu membentuk sebuah alinea. Kalimat-kalimat dalam alinea harus bertalian satu sama lain secara mesra, dan bersama-sama membentuk suatu bagian yang berpautan.
Walaupun prinsipnya sebuah alinea harus terdiri dari rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga alinea yang terdiri dari satu kalimat, sebagai sudah disinggung pada permulaan uraian ini. Ada beberapa sebab mengapa bisa terdapat alinea semacam ini. Pertama karena alinea kurang baik dikembangkan oleh penulisnya; penulis kurang memahami  hakekat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang, karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada alinea-alinea berikutnya. Begitu pula sebuah alinea yang terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan. Dialog-dialog dalam narasi-narasi, biasanya diperlakukan sebagai satu alinea.

C.  Syarat-Syarat Pembentukan Alinea

Seperti halnya dengan kalimat, sebuah alinea juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Alinea yang baik dan efektif harus memenuhi ketiga syarat berikut:
a.       Kesatuan: yang dimaksud dengan kesatuan dalam alinea adalah bahwa semua kalimat yang membina alinea tu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu tema tertentu.
b.      Koherensi: yang dimaksud dengan koherensi adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk alinea.
c.       Perkembangan alinea: perkembangan alinea adalah penyusunan atau perincian daripada gagasan-gagasan yang membina alinea itu.
Karena ketiganya memiliki ciri-ciri yang khusus, maka masing-masingnya akan diuraikan secara terperinci dalam bagian-bagian tersendiri di bawah ini.
1. Kesatuan Alinea
Seperti sudah disinggung di atas, yang dimaksud dengan kesatuan adalah bahwa alinea tersebut harus memperlihatkan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam alinea itu.
Karena fungsi setiapa alinea adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-penyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pembaca, dan mempersulit pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk; pertama, pemasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada; kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh alinea itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah alinea, maka coba perhatikan kutipan berikut:
“Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat disini adalah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dn tidak tergantung daripad yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggeris tidak mengenah “unggah-ungguh”. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu” dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus” (BKI).
Dalam contoh di atas dilihat bahwa alinea itu hanya mengandung satu gagasan pokook yaitu bahwa “tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus”. Gagasan itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti bahasa Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal, seperti halnya dengan bahasa Inggeris atau bahasa-bahasa barat lainnya, tidak mengenal perubahan dalam sistim kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa Inggeris tidak mengenal hal itu. Atau untuk memperinci lebih jauh gagasan utama tadi. Perincian itu disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci gagasan utama tadi.
Sebaliknya, coba perhatikan alinea di bawah ini, dan katakan apabila alinea tersebut mengandung suatu ide utama atau tidak.
“Tapi sedihnya [sh!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, di mana kebutuhan daripada mereka tidak dapat diperhatikan dengan seksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin megetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka”.
                                    (diangkat dari paper seorang mahasiswa)
Dengan tidak memberikan pendapat kita tentang srtuktur bahasa yang dipergunakan, serta tanda-tanda baca yang dipakai, maka dapat dikatan bahwa kosentrasi pikiran kita terhadap isi dari alinea tersebut sangat sulit. Kalimat pertama saja sudah cukup membingkungkan kita. Jangan lagi untuk mempertalikan kalimat pertama tersebut dengan kalimat-kalimat berikutnya.
Setelah membaca dan mencoba menangkap apa yang tersirat di belakang alinea tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga tema utama, yang tidak berhubungan satu sama lain, yaitu:
a.       Keadaan yang biasa diperoleh negara-negara yang mempunyai bahasa kesatuan tidak akan terdapat pada negara-negara yang tidak mempunyai bahasa kesatuan.
b.      Nasib rakyat yang jauh dari kota sangat menyedihkan.
c.       Perlu pionir-pionir untuk mempelajari keadaan rakyat yang jauh dari kota.

Tema kedua dan ketiga walaupun agak  renggang dapat dikatan masih mempunyai hubungan timbal-balik, sedangkan tema pertama tidak ada atau sekurang-kurangnya tidak memperlihatkan hubungan dengan kedua tema lainnya.
Sekali lagi terlepas dari struktur bahasa yang digunakan, maka dapatlah dikatakan bahwa tidak terdapat kesatuan dalam alinea tersebut. Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka alinea itu harus dipecahkan sekurang-kurangnya mejadi tiga alinea, serta masing-masing perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah alinea yang benar-benar terperinci. Begitu pula perlu dicari hubungan antara alinea pertama dengan alinea kedua dan ketiga, sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.
Gagasan utama atau gagasan pokok yang didukung oleh sebuah alinea biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topik dan kalimat pokok. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang turut membina alinea itu memuat perincian-perincian lebih lanjut dari gagasan utama tadi.
Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasarn yang dikembangkan dalam alinea itu. perkembangan alinea itu bisa mendahului penampilan sebuah gagasan utama, tergantung dari metode pengembangan alinea itu. Misalnya bila seorang penulis ingin memberi iviendensi tertentu menuju kepada kesimpulan, maka konklusi pada akhir alinea itulah merupakan kalimat utamnya. Atau ia dapat menghidangkan konklusinya pada awal alinea, baru kemudian mengemukakan evidensi-evidensi untuk memperkuat konklusinya tadi. Sebab itu persoalan penempatan kalimat topik merupakan suatu faktor yang benar-benar harus diperhatikan untuk menyusun sebuah alinea yang baik.
Jadi dalam tulisan-tulisan yang baik, terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik atau kalimat utama, yaitu:

a.       Pada awal alinea
Pengertian awal alinea ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal alinea, gagasan sentral tadi akan mendapat penekanan yang wajar. Alinea semacam ini biasanya bersifat deduktif, yaitu mula-mula mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam aline tersebut harus di pusatkan untuk memperjelas ide atau gagasan sentral tadi.
Cara ini merupakan metode yang paling baik.
“Dalam perubahan masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang amat cepat dalam lima puluh tahun yang terakhir ini, tentulah bahasa Indonesia sebagai penjelmaan masyarakat dan kebudayaan itu, amat cepat juga berubah. Pertemuan dan pengaruh masyarakat dan kebudayaan modern kepada bangsa Indonesia boleh dikatakan mengenai seluruh kehidupan bangsa Indonesia, sehingga banyak dan serba ragam perubahan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Pada hakekatnya, apabila kita berbicara tentang perubahan suasana, perubahan gaya bahasa Indonesia, pembebasannya daripada suasana konservatif dan timbulnya bermacam-macam eksprimen yang baru dalam kata maupun dalam bentuk bahasa, kita sudah berbicara tentang permodernan bahasa Indonesia. Segala pembebasan dan eksperimen dalam bahasa yang sejalan dengan perubahan masyarakat dan kebudayaan ini tentu tiada dapat berlaku sewenang-wenang, mesti lambat laun tunduk juga kepada proses standariasi untuk keefisien bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan dan pemikiran” (SBI).
Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat topik yang mengandung gagasan pokok “bahasa Indonesia amat cepat berubah”. Kalimat-kalimat selanjutnya hanya merupakan perincian dan penjelasan lebih lanjut dari gagasan pokok tersebut. Model alinea ini dapat digambarkan dengan bagan berikut:


 



Tipe alinea dengan kalimat topik pada awal alinea. Sifatnya dekduktif

b. Pada akhir alinea
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir dari alinea tersebut. Dalam hal ini alinea bersifat deduktif. Alinea semacam ini harus disusun sekian macam sehingga dapat mencapai klimaks dalam kalimat pokok yang terdapat pada akhir alinea itu. cara lebih sulit, tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi.

Semulanya kita condong pada pendapat, bahwa barang-barang, benda-benda, itu memang lebih dekat pada kita, lebih mudah dpat dipahami. Barang-barang itu kita pergunakan dalam hidup kita sehari-hari, kita pakai sebagai alat, kita ketahui sifat-sifatnya, sedangkan pribadi orang sering merupakan teka-teki, suatu misteri. Namun setelah pendapat ini kita selidiki, ternyatalah, bahwa barang-barang itu nampaknya lebih dekat pada kita, karena sebelumnya ktia sendiri sudah mendekatkan mereka pada kita. Dunia kebendaan, barang-baran, baru memperoleh arti dan maknanya sesudah disentuh oleh manusia, menjadi kursi atau sepeda disinari oleh budi manusia. Jadi, melalui  manusialah kita mendekati dunia kebendaan” (Basis, Nop. 68).

Alinea di atas jelas memperlihatkan bahwa gagasan utama tersebut terdapat pada kalimat yang terakhir, yang sekaligus menjadi kalimat topiknya. Pada kalimat-kalimat sebelumnya merupakan penjelasan atau pokok-pokok pikiran yang lebih kecil yang disusun sekian macam, sehingga berangsur-angsur menuju kepada klimaks atau gagasan utamanya pada akhir kalimat, yaitu “melalui manusialah kita mendekati dunia kebendaan”.

Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut:


 





Tipe kalimat dengan kalimat topik pada akhir alinea. Sifatnya: induktif

c. Pada awal dan akhir alinea
Kalimat topik dapat ditempatkan bagian awal dan akhir dari alinea. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.
“Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat disini adalah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dn tidak tergantung daripad yang lain. Sistem ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggeris tidak mengenah “unggah-ungguh”, “lembu merah”, dan sebagainya. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti “lembu putih” dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus” (BKI).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kalimat topik di yang terdapat pada awal alinea” .... tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula ....” diulang kembali pada akhir alinea itu tetapi dengan sedikit perubahan, yaitu “.... tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramtikal, serta pola sematik yang khusus”. Apa yang disebut “sistim ungkapan” pada kalimat pertama sama artinya dengan “sistem fonologi dan sistim gramatikal” pada kalimat akhir, sedangkan ‘sistim makna” pada kalimat pertama sama artinya dengan “pola semantik” pada kalimat terakhir dari alinea tersebut.
Model alinea terakhir ini dapat digambarkan sebagai berikut:


 






Tipe  alinea kalimat topik pada awal dan akhir alinea. Sifatnya: gabungan tipe 1dan 2.


Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh aline. Dalam hal ini tidak terdapat kalima yang khusus yang menjadi kalimat topiknya. Alinea semacam ini biasanya dijumpai dalam uraian-uraian yang brsifat deskriptif atau naratif.
Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang dipelbagai dusun Siberia Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutan semara sekitar sungai Tunguska. Kobaran api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dasyhat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1.000 km jauhnya” (Intisari, Feb.1969).

Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam alinea di atas, karena seluruh alinea bersifat deskriptif atau naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari alinea tersebut.
Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut.


 




          Gb. 4
Tipe alinea yang seluruhnya mengandung isi. Terdapat pada tulisan-tulisan deskriptif dan naratif.

Akhirnya perlu dikemukakan sekali lagi bahwa tujuan dari kalimat-kalimat topik atau kalimat pokok adalah untuk menuntun para pembaca menelusuri seluruh alinea itu. Pembaca memerlukan petunjuk-petunjuk bagaimana gagasan itu terbentuk, serta bagaimana detail-detail atau bagian-bagian perinciannya harus disusun. Detail-detail atau perincian itu merupakan ide-ide tambahan atau gagasan bawahan dari gagasan utama yang terdapat dalam sebuah kalimat utama.

5. Koherensi
Syarata kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea  adalah bahwa alinea itu harus mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina alinea itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu yang menghambat atau semacam jurang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak terasa loncat-loncatan pikiran membingungkan.
Sebuah alinea dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalima topik. Sebaliknya kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut. Jika sebuah alinea tidak mempunyai kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya menghadapi suatu kelompok kalimat, yang masng-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Pendeknya sebuah alinea yang tidak memiliki kepaduan  yang baik, akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian-perincian yang tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.

Generasi tahun 1982 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan sumpah pemuda. Generasi tahun 1945 adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan adalah generasi pembina dan pengembangan nilai-nilai nasional.
Tiap generasi mempunyai panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetusan dan generasi pelaksana telah menuaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil membangkitkan semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan negara merdeka. Generasi pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai dimana kemampuannya untuk membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana. Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan nilai-nilai nasional sesuai dengan martabat bangsa yang merdeka, masih harus membuktikan.” (SB)

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kepaduan antara kalimat-kalimat yang membina kedua alinea itu baik dan kompak, disamping terdapat kesatuan yang jelas. Kepaduan atau koherensi lebih ditekankan pada hubungan antar kalimat, yaitu apakah transisi dari sebuah kalimat ke kalimat yang lain itu berjalan lancar atau tidak.
Untuk memperoleh kepaduan yang baik dan mesra antara kalimat-kalimat dalam sebuah alinea, maka harus diperhatikan persyaratan:
a.       masalah kebahasaan;
b.      perincian dan urutan isi alinea.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar